GALERY KARMEL INDONESIA TIMUR

GALERY KARMEL INDONESIA TIMUR
SETITIK AWAN DARI TIMUR

Minggu, 21 Maret 2010

Tapak-Tapak Kunjungan Kanonik Pater Jenderal

TAPAK-TAPAK KUNJUNGAN PATER JENDERAL
KE KOMISARIAT INDONESIA TIMUR
Oleh: P. Inno, O.Carm

1.Kata Awal
Selasa, 8 Februari 2010, tepatnya jam 12.15 saya diminta oleh Dewan Komisariat untuk membuat laporan mengenai kunjungan Kanonik Pater Jenderal ke Komisariat Indonesia Timur. Saat itu juga secara bersama kami coba mengumpulkan cerita-cerita lepas untuk selanjutnya bisa menjadi satu cerita bersama untuk mengenang kunjungan Pater Jenderal dan Asistennya. Besar keyakinan kami bahwa kunjungan kanonik ini bercitarasakan persaudaraan sebagai Karmelit dan mewariskan aneka pesan berarti yang menguatkan akar spiritualitas dan kontemplasi di dalam rahim KOMIT.
Tapak-tapak kunjungan Pater Jenderal, P. Fernando Millan Romeral, O.Carm dan Romo Asisten Jenderal, Rm. Albertus Herwanto,O.Carm sedang dicatat dalam file sejarah perkembangan Ordo Karmel Indonesia umumnya dan Komisariat Indonesia Timur (KOMIT) khususnya. Lukisan tapak-tapak kunjungan Pater Jenderal dan Asistennya tetap terkenang dalam ingatan para Karmelit di Komisariat Indonesia Timur. Sebuah kenangan yang tak mudah pudar dari kisah kehadiran tujuh hari sang Prior Jenderal. Ceceran kisah tujuh hari ini akan dirakit kembali dalam kata dan gambar berikut ini.
2. Perjumpaan Pertama
Tapak pertama tercatat dalam waktu dan ruang baru, saat hari menuju senja pada Senin, 1 Februari 2010, Pkl 03.30, Pater Jenderal dan Asistennya mendarat di Bandara Waioti Maumere. Entah kenapa serentak suasana berubah jadi riuh oleh tepukan tangan tak berujung menyambut kedatangan sang tamu. Langkah pertamanya disambut Komisaris baru, Rm. Teleforus Jenti, O.Carm, Rm. Paskalis Mame, Rm. Agustinus Sota, dan Rm. Damianus Bili Bulu, O.Carm.
Senyuman pertamanya dibalas sejumlah pemuda berwajah rindu para Novis St. Theresia Liseaux yang sudah lama menunggu. Mereka berdiri kaku menabur senyum saat beliau melangkah maju. Wajah Bandara berubah jadi coklat, menyatu bersama segenap security siaga satu. Pimpinan regu berbadan kurus (Fr. Heri Sugi, O.Carm) pun pantang mundur meski sengatan panas tak ampun-ampun mengamuk. Pater Jenderal dan Asistennya dikalungi dengan selendang biru. Lalu semuanya menyatu dalam syair dan lagu : Flos Carmeli. Terdengar ucapan dari Pater Jenderal, “Mi sono spaventata e la mia anima riabbia la forza”, (saya terkejut dan semangat saya sudah bangkit lagi). Rombongan selanjutnya dijamu dalam ruangan tunggu VIP sambil minum-minum. Rasa ingin tahu tak bisa lagi dibendung oleh rapinya barisan penjemput. Dari belakang terdengar bisikan halus, “Ini pasti orang penting! Decak kagum dari sang guide baru. Ia minta, “apakah saya boleh lihat?” Silakan mo’ad, jawab Rm. Agustinus. Rombongan lalu pamit dengan Kepala Bandara Waioti, selanjutnya bergerak menuju Biara Beato Dionisius Wairklau.
Sekampung massa Wairklau sedang kumpul-kumpul berdiri menunggu, meski tak teratur berubah sekejap tanpa diatur-atur membentuk satu barisan rapi sejak iring-iringan kendaraan melaju dekat gerbang pintu biara Beato Dionisius. Rombongan penjemputan Pater Jenderal dan Asisten perlahan-lahan turun merapat dekat satu gapura bambu rakitan sederhana karya tangan frater-frater Wairklau. Di depan gapura itu berdiri dua pria berbadan putih gemuk dan satunya kurus. Keduanya dikalungi gadis-gadis ayu dengan selendang merah jambu. Mata keduanya terperanjat pada sebiji kelapa hijau saat airnya direciki pada kepala yang tertunduk. Lopa moro mo’ad, e’i Huler Waer sara ami ata Sikka (Jangan marah tuan, ini upacara pendinginan menurut adat kami orang Sikka). Akhir dari percikan air kelapa muda disambung dengan musik dan tarian tradisional Sikka, Hegong namanya. Suasana makin hangat ketika hujan gerimis datang. Tak satu pun beranjak lari dari barisan pagar betis bagai duplikat pasukan Swiss. Lenggokan pinggang penari menyerupai satu rotasi waktu tak teratur namun selaras arah setapak menuju pintu rumah biara. Semuanya berhenti dan terdiam di depan patung sang martir yang dipasung kaku dekat satu tiang penopang teras ruang tamu. Sorotan mata sang martir Dionisius membuka tabir baru untuk sejenak merenung dalam keheningan senja itu. Rasa haru campur kagum saat terdengar alunan lagu Flor Del Carmelo terdengar syahdu. Semua sepakat tanpa kata penuntun untuk menyimpan kenangan itu. Barisan penari dan Dewan Komisariat yang baru spontan mengapit berdiri akrab tanpa takut sambil terus menunggu bidikan halus dari Rm. Frumento Ebu. Epang gawang mo’ad. Yach…yach…terimakasih. Kata Pater Jenderal. Salaman persaudaraan sungguh akrab. Tepukan bahu pun terasa bisa berulang-ulang tanpa ijinan resmi dari Pater Jenderal dan Asistennya. Rasa damai, tenang dan gembira berkecamuk saat kasih persaudaraan berlanjut dengan minum-minum. Pater Jenderal dan Asistennya lalu menuju kamar tidur untuk mendapatkan tenaga baru. Waktu pun terus berlalu tak terasa terukir bersama satu pemandangan baru yang bagi kami jadi inspirasi, joging ala Pater Jenderal buat kami yakin bahwa sungguh sangatlah penting jaga stamina dan resistensi tubuh.
Malam pun tiba, lapar dan dahaga tubuh fana mulai terasa. Namun menu ideal Sikka, maget waer, kuah asam ikan segar ampuh menghapus seluruh rasa lapar. Malam itu Pater Jenderal ngobrol dan bercerita bersama frater-frater Timor Leste. Tak luput dari pantauan kami, ternyata figur dosen Unipa P. Konrad Bata jadi begitu penting saat menyandang julukan awal Delegatus Familia Carmelitana, ia bahkan mendapat kesempatan istimewa berbincang-bincang dengan Pater Jenderal hingga larut malam.
3. Berbagi Cerita : Kenyataan dan Harapan
Hari Kedua, Selasa 2 Februari 2010 dimulai dengan Ibadat pagi dan Ekaristi bersama. Selanjutnya sarapan pagi. Tepat jam 08.00 pagi ruangan pertemuan Aula Dionisius sudah tertata rapi. Bentangan dua layar LCD menanti penampilan realitas KOMIT (Komisariat Indonesia Timur). Diiringi lagu-lagu rohani Redion Voice hati kami selalu tergerak untuk mendengar presentasi romo Komisaris. Pertemuan bersama antara semua konfrater berkaul kekal dengan Pater Jenderal dan Asistennya dibuka dengan satu sapaan hangat dari senior KOMIT, Rm. Ino Daeng Karwayu : “LA PACE DER NOSTRO SIGNORE GESU CHIRSTO SIA CON NOI. Reveridissimo a Carrissimo Fratello Priore Generale. Io sto ini questo posto davanti a Te, nella presenza degli Carmelitani del Commisariato del Carmelo di Indonesia orientale in ordine di seniorita come representative, nel nome del Comisariato, di dire Benvenuto nel nostro mondo Bien venido en el nuestro mundo.
A dire il vero, noi siamo Tutti in questo momento pieni di goia e felicita perche un nuovo Priore Generale elleto ha piacere di visitarei, per quello, rendiamo grazie can tutto il coure. Nel nostro sequente raduno dopo questa parola salutativa vorreno vedera insieme come sara la facia del nostro Commisariato nel suo ancora mollte lungo viaggio-al future del 2 mille venticinque nel diventare un Commisariato Generale second la vision e dei sogni che stiamo sognando davanti Aprire il acceso di questo oiqetivo useremo il method di stenght-weakness-opportunity- threat. La nostra riquesta : e che Tu ci darei I informazione di piu sulle condiztoni e tutte le cose impostanti relative alla erezione qiueridicale di UN Commissariato Generale. Mille grazie e Dio ui Benedica.
(I am standing here in your presence and in that of all the Carmelites who’re getting together here in order of seniority, on behalf of father Telesforus Jenti-The Prior of the Eastern Indonesia Carmelite Commisariate to “welcome you to our world”, bienvenido en d nustro Querido mundo de Flores. So tell you the truth, we are full of joy and happiness on your encouraging visit which is by no means gives us more power to walk on. As a token of gratitude we would like to thank you very much. After this short speech, we are going to have a meeting held on, in which we will have a look together into the feature of this Commisariate in a still long journey to the future to becoming a General Commisariate in 2025 according to the visions and dreams we are dreaming of. Opening an acces to this objective we use the Strenght-Weakness-Opportunity and Threat method. Our expectation: Please give us further information and explanation on conditions and thing concerned with juridical erection: Please give us further information and explanation on conditions and thing concerned with juridical erection of A GENERAL COMMISARIATE. That’s all. Thank you very much, have a nice stay). Ragam agenda mulai berlangsung diawali dengan presentasi sistematis dari Romo Komisaris, Rm. Teleforus Jenti, O.Carm. Presentasi ini bertemakan : “EAST INDONESIA COMMISARIAT AND ITS PREPARATION TO BE GENERAL COMMISARIAT IN 2025”. Dalam presentasi ini, Romo Komisaris menyoroti lima aspek penting, yakni, pertama, Usia Karmel di Flores dan Usia Komisariat Indonesia Timur, Kedua, Wilayah Komisariat, Ketiga, Struktur Dewan Pimpinan Komisariat terpilih, Keempat, Analisis SWOT, Kelima, Rencana ke depan. Selanjutnya, Master of Ceremony, (MC) Rm. Paskalis Mame, O.Carm membuka kesempatan kepada Pater Jenderal untuk memberikan masukannya. Pater Jenderal pertama-tama meminta dukungan dari kita para Karmelit bagi saudara/i yang tertimpa bencana di Haiti. Tegas beliau, “orang miskin perlu belajar membantu orang miskin.” Pater Jenderal mengucapkan proficiat dan terima kasih, saat Pater Jenderal melihat aneka karya para Karmelit INTIM (Indonesia Timur). Tegasnya lagi, kita mesti tetap berbagi informasi. Karena itu kita perlu membaca CITOC nanti. Himbau Pater Jenderal, “yang paling dibutuhkan sekarang adalah konsolidasi, sehingga kita terus menerus akan berkembang. Bukan cuma jumlah saja tetapi identitas sebagai Karmelit. Kwalitas bukan hanya soal kepandaian, tetapi kwalitas kemanusiaan. Perbandingan yang masuk dan yang jadi itu tidak usah dicemaskan. Karena orang dalam proses formasio mesti melihat secara terus-menerus diri dan panggilannya.” Beranjak setahap lagi pada penjelasan inti dasar sebuah Komisariat Jenderal. Pegangan dasarnya adalah Kons. 180,… “dengan persetujuan Jenderal dan konsiliumnya. Komisariat provinsi memiliki otonomi tapi tidak terlepas sama sekali dengan provinsi”. Demikian perlu ditegaskan kembali bahwa ide untuk menjadi Komisariat Jenderal (Komjen) bukan ide untuk memisahkan tetapi adalah sebuah ide pertumbuhan. Salah satu permintaan Pater Jenderal, yakni KOMIT perlu jadi murah hati sedikit terutama untuk terlibat dalam karya misi ke Cina, Hongkong dan Singapura. Mengapa? Katanya, Vatikan sendiri menyoroti misi ke Cina. Kita tetap yakin ada hubungan timbal balik. Kita bisa belajar bahasa dan bisa kembali menjadi pengajar dan pelayan dalam bahasa-bahasa mereka. Karmel bisa memberi harapan yang baru bagi masa depan Gereja, tetapi kita perlu melewatinya dengan proses yang benar dan bijaksana. Semoga Maria Bunda Karmel selalu mendoakan kita.
Meskipun masukan dan tanggapan sudah berakhir Romo Komisaris Indonesia Timur pertama, Rm. Leonardus Jawa, O.Carm, terkesan belum puas oleh karena usulan konsentrasi studi belum diarahkan ke negeri asal Santo-Santa ternama. Katanya, “spiritualitas dan teks-teks asli mesti dipelajari dari Spanyol. Spanyol menjadi basis spiritualitas para Karmelit.” Doakan romo, supaya suatu saat kita bisa masuk kamar penjaranya St. Yohanes dari Salib, agar puisi dari kedalaman bathinnya bisa menjadi satu narasi yang juga bisa lahir dari rahim KOMIT ini. Ini bukan basa basi, bukan pula argumentasi, tapi…..tali tasi (nama tali dalam bahasa Ende yang biasa digunakan untuk memancing ikan). Maksudnya, pancingan romantis ala Romo mantan Komisaris, bukan pension Ia (sebut dengan dialek Bajawa). Lagi-lagi guyon dan canda bertabur di meja makan saat maget waer merasuk tenggorokan. Duet hangat antara gurita merah dan sambal pedas terus membongkar keringat. Ole….nana, maunya Pater Jenderal tinggal terus di sini saja tah. (dialek Manggarai).
Pater Jenderal dan Asisten Jenderal beristirahat. Pada Pkl. 16.00, rombongan bergerak menuju Rumah Retret Mageria. Direktur Mageria Rm. Anselmus Dhegu, O.Carm menyambut gembira kunjungan Pater Jenderal dan Asistennya sore itu. Sapaan dari berbagai bahasa memang sudah biasa datang dari Opa Ino (maaf ini sapaan khas untuk Rm. Ino di wilayah Paga-Maulo’o) Opa yang menguasai ragam bahasa ini selalu mengubah suasana seakan kita berada di tanah Italia no. Jamuan istimewa pada makan malam bersama adalah grapa, alias arak number one. Selesai makan malam, Pater Jenderal jalan-jalan bertemu dengan peserta retret dari SMA kelas III Alvarez di aula atas. Selanjutnya Pater Jenderal kembali duduk berbincang-bincang dengan konfrater di pendopo. Ia duduk pada sebuah sofa. Kemudian semua pamit hendak beristirahat malam. Namun ketika hendak terlelap, kuping jadi tidak nyaman karena tangisan pertobatan menyerupai lolongan anjing menggelegar di tengah malam. Pater Jenderal kembali terbangun dari tidur nostalgia semalam di Mageria. Meski berat mengajak kelopak mata untuk sejenak melupakan tangisan pertobatan, tidur tetap jadi sebuah kebutuhan fisik yang mesti dijawab pada waktunya. Tepat jam 03.30 dini hari, pada hari ketiga, Rabu 3 Februari 2010, semua sudah siap, Pater Jenderal terlihat lagi asik menikmat three in one-nescafe, roti dan keju kesayangannya. Jam 04.00 tepat rombongan mulai bergerak menuju puncak gunung Kelimutu. Jam 05.45 rombongan masuk pelataran parkir dan sepakat mulai mendaki sambil berjalan kaki. Meski tertatih-tatih gerakan kaki tetap pasti menuju puncak penantian terkini. Semua letih sampai lupa menghitung secara pasti berapa tangga yang sudah dilewati kaki-kaki para pejalan kaki. Tiga cekungan berisi air berwarna hijau, biru, hitam selalu menjadi incaran para tamu. Background danau Kelimutu selalu menang atas manusia yang punya status dan posisi tertentu. Saat itu jadi nyata Pater Jenderal mulai diatur-atur. Jepretan kenangan Rm. Frumento Ebu selalu tepat dan jitu, yakni saat Pater Jenderal dan Asistennya duduk merenung di puncak bisu. Oh….indahnya alam ini. The lands scape of Flores is so beautiful its very good places for meditation and contemplation. I feel like in paradise. Desah Pater Jenderal saat itu.
Segala sesuatu tetap indah pada waktunya. Jam 07.00 rombongan kembali ke parkiran. Pater Jenderal kembali menikmati 3 in 1-nya hingga jam 07.45 rombongan bergerak menuju Mataloko. Perjalanan menuju Mataloko punya cerita sendiri, yakni ketika rombongan Pater Jenderal mampir di Ende untuk makan siang. Memang benar kalau banyak orang berpegang pada keyakinan bahwa hidup ini adalah sebuah pilihan. Sebuah pilihan tak akan pernah dijatuhkan tanpa andil optimisme yang dimiliki baik itu secara personal maupun komunal. Daya optimisme berhubungan erat dengan kwalitas, arti dan makna. Oleh karena sebuah nama memiliki artinya sendiri yang mencerminkan sebuah identitas di dalamnya, maka rombongan Pater Jenderal rupanya lebih tertarik untuk memilih makan siang di salah satu rumah makan yang menamakan dirinya “Niki Sae” yang artinya “ini baik.” Inspirasi yang lahir dari arti sebuah nama selalu menjadi dopping positip untuk meneruskan perjalanan menuju Mataloko. Rombongan tiba di Mataloko Pkl. 14.45. Rencana penjemputan yang sudah disetting matang oleh Pater Rektor Seminari St. Paulus Karmel Mataloko, P. Vinsen Delo Betu, O.Carm bersama team formator P. Paskalis Patut, O.Carm dan Fr. Willy Sukilat, O.Carm dan segenap Seminaris dan karyawan/i terpaksa taklut di bawah guyuran hujan lebat saat itu. Meskipun demikian, terlihat settingan bisa berubah sesuai tuntutan situasi sekitarnya. Pater Jenderal dijemput di depan pintu gerbang Seminari, disambut dengan sapaan dari Pater Rektor dan pengalungan. Selanjutnya rombongan dan semua Seminaris, karyawan/I berja’I bersama menuju Kapela untuk ibadat sore. Ibadat sore bersama ini ditutup dengan berkat oleh Pater jenderal. Suasana keakraban mulai spontan lahir mula-mula saat berpose bersama Seminaris, Fr. Willy dan Fr. Baldus. Sore hari pun tiba, gerimis juga datang namun jiwa yang sehat tak pernah surut mengurung niat untuk berjoging. Lagi-lagi, Pater Jenderal joging mengelilingi lapangan Ampera Mataloko. Terbersit kesan bahwa orang-orang yang dijumpainya sangat baik dan menyenangkan. Pada Pkl. 16.00 Pater Jenderal mengadakan pertemuan persaudaraan bersama para formator dan seminaris. Pater Jenderal berbicara tentang panggilan, pentingnya discernment dan usaha pemurnian motivasi. Malam harinya Pater Jenderal dan Asistennya kembali dihibur oleh crew San Paulo band dan berbagai acara pentasan malam budaya Flobamora. Kehangatan malam itu memang tidak perlu dicari alasannya karena memang semuanya telah menikmati daging anjing dengan masakan khas RW (bukan Raja Wese, tapi Rasanya West). Acara malam itu berakhir dengan tarian khas Bajawa, yakni Ja’I bersama.
4. Dipanggil Untuk Melayani
Hari keempat, Kamis 4 Februari 2010, tetap terkenang karena ada satu inbox yang berisikan pesan panggilan kita para Karmelit dibuka dalam Ekaristi bersama pagi itu. Pater Jenderal melalui kotbahnya menekankan bahwa panggilan kita baru berarti kalau kita melayani sesama. Pesan panggilan ini sudah menjadi daging dalam kenyataan kunjungan Pater Jenderal dan Asistennya. Kunjungan kanonik ini terutama kepada komunitas-komunitas Karmel, akan tetapi kenyataannya Pater Jenderal sangat terbuka mengunjungi komunitas-komunitas lain, orang-orang lain, lingkungan lain, wilayah-wilayah lain. Sebuah kunjungan yang justru mengafirmasi misi panggilan kita para Karmelit yang akan mnjadi berarti saat kita menjadi bagian dari sesama yang lain. Pater Jenderal telah membuktikan komitmennya ini dalam kunjungannya ke komunitas suster-suster OCD. Dalam kunjungan itu, Pater Jenderal menyampaikan salam persaudaraan dari Prior Jenderal OCD kepada para suster OCD. Jam 08.00 rombongan Pater Jenderal bergerak menuju kampung adat Bena. Dalam perjalanan menuju kampung Bena, Pater Jenderal mengaku dengan jujur bahwa ia ingin sekali membawa bambu ke negeri asalnya Spanyol. Hanya kasiannya bambu di Bajawa besar-besar jadi susah dibawa. Kekaguman Pater Jenderal terlihat tak terbendung lagi saat beliau ambil posisi kritis duduk di atas ujung batu. Ia hanya bisa mengagumi, “Nice Places to meditation.” Selanjutnya rombongan kembali menjemput Rm. Blasius Su’u, O.Carm di Seminari Mataloko yang sedang mengisi waktu untuk memberikan khursus membuat laporan keuangan dengan model laporan terbaru Myob. Selanjutnya rombongan meluncur ke Maumere dibawa pengendali nasib Fernando Alonso, pembalap Formula satu, Rm. Blas. Tidak biasa laju kendaraan Komisariat kali ini begitu cepat, gesit dan melejit. Sungguh mengejutkan. Pater Jenderal dan Asistennya tidak bisa tertidur, seakan didesak waktu. Ayo…. Cepat… maju terus pantang mundur. Lagi-lagi menu hidangan Niki Sae tetap menjadi terbaik dan pilihan satu-satunya. Rombongan Pater Jenderal selanjutnya bergerak menuju Maulo’o. Di Maulo’o, Pater Jenderal dan Asistennya dijemput oleh Pastor Paroki Maulo’o, Rm. Fancy Bao, O.Carm dan pastor Kapelan, Rm. Yoakim, O.Carm. Pater Jenderal menuju Sotoh untuk menikmati hembusan udara segar sambil minum dan menikmati snack ringan. Pater Jenderal bersama para romo dan sekelompok anak-anak kecil mandi dan berenang di tepi laut belakang pastoran. Pater Jenderal bermalam di Paroki Maulo’o. Malam itu terasa akrab saat semua bisa menikmati masakan dan hidangan yang telah disiapkan oleh para suster Sang Timur.

5. Karya Pendidikan dan Seni
Sesuatu yang tak terlewatkan dalam kunjungan Pater Jenderal dan Asistennya kali ini adalah bahwa mereka bisa mengunjungi tempat-tempat wisata local maupun tempat wisata yang sudah dikenal dunia. Selain itu, warna kunjungan ini diperindah dengan berbagai tarian yang bernilai seni budaya daerah.
Hari kelima, Jumat 5 Februari 2010, rombongan Pater Jenderal mengawali kunjungan hari itu dengan pertama-tama mengunjungi Paga Beach. Locus pantai Paga yang indah selalu memikat mata orang-orang baru yang pernah lewat di sekitarnya untuk sejenak mampir dan melihat. Begitulah ceritanya pagi itu Pater Jenderal dan Asistennya bergerak menuju pantai Paga. Tepat jam 08.00 rombongan menuju SMP dan SMA Alvares Paga. Hari itu terekam dalam memori kamera dan ingatan kita bahwa untuk pertama kalinya Pater Jenderal dan Asistennya dijemput oleh barisan dram band dan masyarakat sekitarnya memadati ruas jalan. Rombongan Pater Jenderal dihantar menuju podium yang sudah disiapkan. Hadir pada saat itu, Bapak Kapolsek Paga, Para Guru, Karyawan/I, masyarakat Paga, dan seluruh anak-anak TK Alvarez, siswa/i SMPK, SMA Alvarez, Mahasiswa UT. Rombongan dihibur dengan berbagai tarian dan nyanyian. Menyaksikan rupa-rupa kreasi acara ini, dalam kata sambutannya, Pater Jenderal menekankan bahwa visi dan misi sekolah-sekolah Karmel mesti bisa mencetak manusia-manusia yang bahagia. Selanjutnya Pater Jenderal dan Asistennya meninjau tembok ruangan kelas SMA Alvarez yang bobol akibat abrasi laut. Kunjungan ini berakhir dengan foto-foto bersama. Rombongan Pater Jenderal lalu menuju Keuskupan Maumere. Pater Jenderal bertemu Bapa Uskup Mgr. Kerubim Parera, SVD selama satu jam. Dalam pembicaraan itu, Bapa Uskup mengakui bahwa kehadiran Ordo Karmel sangat positip memberikan kontribusi bagi kehidupan iman umat Keuskupan Maumere. Pater Jenderal lalu mengunjungi Biara Noviciat St. Theresia Lisieux Nita. Pater Jenderal disambut oleh para Novis dengan ucapan welcome dan lagu-lagu khas Karmel. Siang itu juga Pater Jenderal bisa menikmati menu spageti dalam kegembiraan. Pkl. 13.00, Pater Jenderal menuju Wairklau untuk beristirahat. Pkl. 16.00, Pater Jenderal bertatap muka dengan para frater seluruhnya. Satu informasi hangat dan mengejutkan ialah bahwa di Belanda ada Karmel yang perempuan. Akan tetapi status ini masih sedang dibicarakan. Tema pembicaraan utama adalah tentang formasio. Pater Jenderal sangat senang melihat keaktifan para frater untuk bertanya tentang Karmel secara umum. Selanjutnya pada Pkl. 18.00 seluruh anggota Ordo Karmel Indonesia Timur, bersama seluruh Familia Carmelitana, kelompok Skapulir dari beberapa Stasi di Keuskupan Maumere hadir untuk merayakan Ekaristi bersama. Semua imam ikut konselebrasi, sedangkan konselebran utamanya adalah Pater Jenderal sendiri. Ekaristi sangat meriah diiringi lagu-lagu dari berbagai bahasa yang diramu secara bersama dengan music kulintang dan seruling racikan tangan para Novis. Suasana Ekaristi makin agung oleh karena kehadiran penari-penari dari SMA Alvarez yang begitu disiplin dan hening mengatur seluruh gerak tubuh mereka dalam mengungkapkan keagungan Allah. Dalam kotbahnya, Pater Jenderal mengedepankan tafsiran satu gumpalan awan kecil yang menjadi symbol kehadiran dan perlindungan serta naungan kasih sayang Sang Bunda bagi para Karmelit. Lebih lanjut Pater Jenderal juga menekankan pentingnya persaudaraan dan memperhatikan hal-hal kecil. Karena kita bisa menemukan Allah dalam hal-hal kecil.
Berakhirnya Ekaristi belum menjadi akhir dari sebuah kunjungan dan kebersamaan. Persaudaraan dan kebersamaan masih berlanjut di Aula Dionisius Wairklau. Acara sangat meriah karena hadir dalam acara itu para penari-penari cilik PAUD KARMEL yang telah mendapat rekomendasi resmi sebagai peraih prestasi terbaik dalam satu pentas seni PAUD tingkat Provinsi. Malam semakin larut, demikian juga kunjungan kanonik semakin larut dalam kebersamaan kita sebagai Karmelit. Pater Jenderal berdiri dan minta ijin bahwa malam itu juga beliau akan berkunjung ke Komunitas Suster-Suster OCarm. Selanjutnya, Pater Jenderal kembali ke Biara Dionisius untuk beristirahat.
6.Kata Akhir
Meskipun hasrat untuk selalu bersama sudah KOMIT dan menggelora dalam jiwa para Karmelit, pada saatnya sayonara tetap terucap. Selamat Jalan Pater Jenderal dan Asistennya. Doa kami menyertai perjalanan pater berdua.
Demikian kisah singkat hari-hari kunjugan kanonik Pater Jenderal dan Asistennya ke Komisariat Indonesia Timur. Kami berharap bahwa kisah singkat ini bisa menjadi motor yang bisa menggerakan karya pelayanan kita sebagai Karmelit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar