PERTAPAAN
ST. PERAWAN MARIA
DARI GUNUNG KARMEL –
KELIKEO
Rm. Zakharias Dhena, O.Carm
I.
DASAR-DASAR HIDUP PERTAPAAN
a.
PC 9:
Lembaga kehidupan monastic hendaknya
dipertahankan dengan setia dan makin hari makin memancarkan semangatnya yang
asli baik di Timur maupun di Barat.
Lembaga ini berjasa luhur selama perjalanan
abad dalam gereja dan dalam masyarakat manusia.
Tugas utama para rahib
ialah memberikan pelayanan kepada kedaulatan ilahi, pelayanan yang serentak
rendah hati dan anggun di balik tembok pertapaan, ilahi dalam kehidupan
tertutup, maupun dengan menerima secara sah sejumlah karya di bidang kerasulan
atau cinta kasih Kristen.
Maka, sambil mempertahankan
ciri khas tiap lembaga, hendaknya tradisi-tradisi tua yang baik diperbaharui
dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa-jiwa dewasa ini sekian, hingga pertapaan
menjadi persemayaman bagi pembangunan umat Kristen.
Demikian pula sebaliknya
biara yang berdasarkan peraturan atau lembaganya menggabungkan secara mesra
kehidupan kerasulan dengan offisi dalam koor dan dengan tata hidup pertapaan,
menyerasikan cara hidupnya dengan tuntutan-tuntutan kerasulan yang sesuai
baginya, sehingga mereka mengikuti hidupnya dengan setia sebagai sesuatu yang
sangat bermanfaat bagi kepentingan Gereja.
b.
PC 7
Tarekat-tarekat yang seutuhnya
terarah kepada kontemplasi, sehingga para anggotanya mempersembahkan segenap
waktu mereka kepada Allah dalam kesunyian dan berdiam diri, dalam doa yang
tekun dan ulah tapa yang penuh semangat, selalu memainkan peranan yang mulia
dalam tubuh mystic Kristus, yang anggotanya tidak semua mempunyai tugas yang
sama, betapapun mendesaknya kebutuhan akan kerasulan yang aktif. Sebab mereka
mempersembahkan kurban pujian yang istimewa kepada Allah, menerangi umat Allah
dengan buah-buah kesucian yang melimpah serta menggerakannya dengan teladah
mereka, lagi pula mereka mengembangkannya dengan kesuburan kerasulan yang
rahasia.
c.
AG 40:
Tarekat-tarekat hidup
kontempaltif melalui doa-doa ulah pertobatan yang terus menerus dan duka derita
mereka, amat penting maknanya bagi pertobatan mereka, amat penting maknanya
bagi pertobatan jiwa-jiwa, karena Allahlah, bila dimohon, mengutus
pekerja-pekerja ke dalam panenannya, yang akan membuka hati umat bukan
kristiani untuk mendengarkan Injil, dan yang menguburkan Sabda Keselamatan di
dalam hati mereka.
d.
VC 376:
Sekarang bagi tiap tarekat,
ada keperluan mendesak untuk kembali kepada Regula, sebab Regula maupun
konstitusi menyajikan peta bagi seluruh perjalanan murid Kristus, sesuai dengan
khasirsma yang khas, yang dikukuhkan oleh gereja. Pengharapan lebih besar
terhadap Regula, pasti akan memberi kepada para anggota hidup bakti, tolok ukur
yang andal dalam usaha mereka menemukan bentuk kesaksian yang cocok, mampu
menanggapi kebutuhan-kebutuhan zaman, tanpa meninggalkan inspirasi peran
Tarekat.
e.
Regula St. Albertus
……….. Kepada
putra-putra terkasih dalam Kristus, Karmel akan mendukung mereka yang merasa
terpanggil untuk hidup eremitis.
f.
Konstitusi 18
……….. demi
kebaikan gereja, dimensi kontemplatif Karmel akan mendukung mereka yang merasa
terpanggil untuk hidup eremitis.
g. Konstitusi 20
……….. sebagai persaudaraan kontemplatif kita mencari
wajah Allah dan melayani Gereja dalam dunia atau juga dalam keheningan
eremitis.
h. Statuta Provinsi 141
Mengingat tradisi Karmel
dan kebudayaan setempat, pertapaan adalah salah satu bentuk hidup yang boleh
dijalani oleh anggota Provinsi yang merasa terpanggil untuk itu. Cara hidup
pertapaan akan diatur menurut peraturan pertapaan yang bersangkutan.
i.
Kapital Jenderal 1977 bertemakan :
“Kembali ke Sumber Asli”
Kapitel mengajak para
karmelit agar ditengah gejolak dunia yang berubah-ubah ini, kita tetap
konsisten dengan warisan asli kharisma kita yang ada dalam Regula St. Albertus,
yang diberikan kepada B dan Para pertapa lainnya di Gunung Karmel.
j.
Sambutan Ren Jendral dalam Kapitel 2007
Antara
lain mengajak para karmelit untuk menyadari juga hidup pertapaan sebagai salah
satu bentuk penghayatan hidup Karmelit di tengah kebutuhan dunia jaman ini.
k.
Kapitel ke Kapitel Provinsi
Pertapaan
tak pernah alpa untuk dibicarakan.
II.
KISAH CERITERA PERTAPAAN GUNUNG KARMEL – KELIKEO
Sudah sejak SD, saya mengagumi hidup para
Suster Karmel OCD di Bajawa. Kekaguman itu harus disimpan sampai di seminari
sehingga saya melamar masuk Ordo Karmel. Di Novisiat Karmel, saya agak kecewa
karena pola hidupnya berbeda dengan yang saya kagumi selama itu. Pernah
berkonsultasi dengan Prior, agar pindah ke ordo seperti yang dihayati paras
Suster Karmel OCD. Prior menganjurkan tetap bertahan di Karmel sambil melihat
peluang menjadi pertapaan seperti Rm. C. Verbeek dan Rm. Yohanes Indrakusuma
yang menghayati hidup sebagai pertapa di Ngroto. Ketika Rm. Yohanes membuka pertapaan di Ngadireso dan Rm.
Verbeek membukanya di belakang Biara Karmel-Batu, kedua tempat itu sering saya
kunjungi dan juga sering berkonsultasi dengan kedua pertapa kita ini.
Ketika berkarya di Paroki Mauloo, keinginan menjadi pertapa agak
luntur karena tenggelam dalam kesibukan pastoral paroki.
Adalah suatu penyelenggaraan Ilahi ketika saya
diminta menjadi Magister Novis Karmel di Wairklau.
Saat itu saya mendalami lagi spiritualitas Karmel agar bisa
setia dengan kharisma Karmel Awali dalam pengajaran kepada para Novis.
Mengetahui, bahwa dibeberapa Provinsi Karmel ada juga pertapaan yang dihayati
para Karmelit, maka kehidupan pertapaan diperkenalkan kepada para Novis dengan
istilah Padang Gurun. Konstitusi Karmel juga mendukung para
Karmelit yang mau menjadi pertapa (Konst 18 dan 20).
Maka, Kelikeo menjadi sebuah tempat yang sangat indahnya yang beberapa kali saya
kunjungi semasa berkarya di Paroki Mauloo, menjadi pilihan yang cocok untuk
tempat pertapaan. Tempat yang selama ini angker, diberikan oleh para ketua Adat
(Dega dan Gai) tahun 1994.
Tahun
1995 para Novis, mulai diperkenalkan dengan cara hidup pertapaan yang disebut
Padang Gurun. Permulaan Padang Gurun dilaksanakan di dua tempat yang agak
berjauhan karena kekurangan pondok yaitu di sekitar Kelikeo (5 pondok) dan di
Lepi-Sokowaga (4 pondok). Tiap pondok untuk 2 orang. Pondok-pondok itu adalah
pondok para petani untuk menjaga kera. Mama-mama St. Anna Nuaria menjadi burung
gagak pembawa makanan bagi ke 18 anak Elia.
Tahun
1996 dibuatlah 9 pondok dan 1 Kapela sederhana, berdinding bambu dan beratap
alang-alang. Setelah menjalani Padang Gurung selama 2 tahun. Pondok-pondok itu jadi rusak dan tempatnya terasa sempit. Maka tahun
1998 dibelilah 4 bidang tanah di sekitarnya dan dibangun 7 pondok dan 1 kapela
yang cukup kuat, dengan kerangka kayu, berdinding pelupu, atap seng dan lantai
kasar semen. Tahun 2000 dibangun lagi 3
pondok.
Setiap tahun para Novis I dan II selalu
mempunyai kesempatan untuk berpadang gurun. Ftater-frater
yang mempersiapkan kaul kekal juga sering ke tempat ini. Setelah pergantian
Magister kepada Rm Krisna, program padang gurun tetap dipertahankan.
Kesan selama menjadi Magister (1994-2002)
para novis setiap angkatan selalu melihat Program Padang Gurun (pertapaan)
sebagai program emas, karena bisa mencas accu rohani dengan begitu bersemangat,
memohon untuk menjadi seorang pertapa.
Ketika
mendapat tugas sebagai Pastor Paroki Nuaria (2002-2009), Pertapaan Kelikeo
menjadi langganan setiap akhir bulan untuk berefleksi selama 2-3 hari.
Refleksi
rohani yang terus menerus tentang pengabdian kepada Tuhan dan sesama selama
kurang lebih 25 tahun ini dan pencarian cara tepat untuk mengabdi dengan lebih
baik, membuat saya akhirnya menjadi yakin bahwa menjadi pertapa adalah cara
terbaik untuk saya hayati. Dasar-dasat hidup pertapaan seperti tertulis di
atas, meneguhkan pilihan saya. Suatu kerinduan lama yang selalu baru setiap
saat ketika saya menyadari kuasa Ilahi dan kerapuhan saya.
Maka
setelah berkonsutasi dengan para pemimpin Karmel dalam tenggang waktu yang
cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mulai hidup sebagai pertapa dan
tempatnya adalah Wawondero-Kelikeo.
5
april 2009 saya mulai menimbah cara hidup sebagai pertapa di pertapaan
CSE-Cikangere bersama 3 penghuni pertapaan di situ. Sebelum menimbah pengalaman
sebagai pertyapa di sana, kembalilah saya ke Flores untuk mulau menata hidup
pertapaan di Pertapaan St. Perawan Maria dari Gunung Karmel - Kelikeo.
Dalam
beberapa pertemuan Komisariat Intern, cara hidup bertapa sering saya munculkan.
Timbullah kesadaran yang makin lama makin kuat bahwa pola hidup pertapaan harus
juga menjadi salah stau bentuk karya para Karmelit di Komisariat Karmel Indonesia Timur. Pertemuan
31 Maret 2011 di Seminari Mataloko, dibangun kesadaran bersama bahwa Komisariat Karmel Indonesia Timur ke depan, akan menghayati juga karya pertapaan.
Di
pertapaan, kita akan menghayati hidup komunitas dengan penghuni 2-3 Karmelit.
Seperti karya-karya lain, para Karmelit
diutus / ditugaskan dengan SK Komisariat / Provinsial, demikian pula karya
pertapaan. Para Karmelit akan diutus dengan SK Komisariat untuk hidup
dalam Komunitas Pertapaan selama 1-2 tahun; terkecuali para Karmelit yang
merasa terpanggil menjadi pertapa seumur hidup.
III.
RENCANA KE DEPAN
1.
Penghuni
Dalam
pembicaraan bersama di Seminari Mataloko 31 Maret 2011, dibangun kesadaran bersama agar pertapaan hendaknya dilihat sebagai salah satu bentuk karya
kita. Kita tidak hanya berkarya lewat kerasulan aktif tetapi juga dengan
kerasulan dia /kontemplatif seperti pada pendasar hidup Karmel Awal, yaitu
para pertapa di Gunung Karmel yang mengandalkan karya mereka pada kuasa Tuhan
dalam kesunyian doa (bdk. Data-data hidup pertapa, di atas).
Maka ke depan, selain para karmelit yang
memilih pola pertapaan sebagai bentuk hidupnya seumur hidup, para karmelit lain
akan diutus dengan SK, untuk menghayati kerasulan doa di pertapaan selama 1-2
tahun bergantian, sehingga di pertapaan selalu tinggal 2-3 orang atau lebih,
untuk membangun komitmen yang berada di tengah umat.
2. Bangunan Pertapaan
a. Di Pertapaan
Untuk
karya pertapaan para karmelit, akan dibangun 10 pondok, 1 kapela, 1 kamar makan
dan dapur. Tempat ini menjadi clausura. Selain para karmelit yang di utus ke
tempat ini, para karmelit lainnya, para imam, bruder, frater boleh tinggal
untuk menghayati hidup pertapaan untuk jangka waktu tertentu, sesuai dengan
ijin prior pertapaan.
Para
frater karmel di setiap tingkat pembinaan, hendaknya setiap tahun mempunyai
program pertapaan dan dapat tinggal di Clausura pertapaan ini.
b. Taman Doa
Di luar clausura akan dibangun Taman Doa
dengan 1 aula serba guna, asrama dan 5 pondok. Tempat ini diperuntukan bagi
para suster dan umat lain yang datang menimbah kekayaan spritualitas karmel,
para penghuni pertapaan dapat melayani mereka itu.
c.
Prasarana lain
Akan diusahakan penggusuran jalan dari
sero pertapaan, pipa air dari Wolosoko, bak air, motor listrik, sola rex dan
perluasan tanah, dll.
d.
Biaya
Diperkirakan
kita membutuhkan dana + 750 juta untuk mengerjakan hal-hal tersebut
diatas. Smeua dana itu, kita harapkan dari para donatur saja. Berkat Tuhan,
pasti bisa ! Kita membangunnya pelan-pelan sesuai dengan keuangan yang ada.
Yang penting sudah ada masterplannya.
Keadaan
keuangan Semarang :
·
Pemasukan selama ini 390-an juta
·
Pengeluaran untuk pipa air, kerja kebun,
taman-tamaan, perluasan tanah, gusur serta keperluan selama ini 160 an juta.
·
Sisa
uang yang ada di BNI dan di tangan saya 230 an juta.
e.
Pengelola bangunan
Kalau
bisa, dipilih seorang konfrater yang cukup ahli untuk bersama saya membangun
hal-hal tersebut di atas.
f.
Harapan
Dengan
laporan inim saya mengharapkan semua konfrater dapat mengikuti perkembangan,
merasa memiliki terlibat secara akrif lewat caranya masing-masing untuk
pembangunan pertapaan kita ini.
Kiranya
kita tidak hanya menjadi penanya, peninjau, penyaran dan pengkritik pembangunan
dan pola hidup pertapaan ini, tetapi merasa memiliki, mengusahakan secara aktif
dan menghayati kekayaan karmel ini.
01 November 2011
Pertapaan St. Perawan maria
Dari Gunung Karmel – Kelikeo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar