Innocens:
Mademoiselle
Martin, sejak anda masuk ke komunitas Karmel, Anda mendapat banyak assignments. Dalam situasi tertentu Anda
“memilih” assignment khusus, seizin
Priorin. Bolehkan Anda menceritakan tugas-tugas apa saja yang dipercayakan
kepada Anda?
Madanmoiselle Martin:
Tugas di ruang
jahit. Saya juga menyapu tangga-tangga dan dormitorium,
merawat taman bunga dan menyirami tanam-tanaman, membersihkan refectorium, meletakkan air minum dan
bir di atas meja. Saya menjadi Sakristan, membantu rubiah procuratrix. Bila tak ada penugasan khusus, saya mengecat patung
para malaikat di oratorium. Menjadi magistra novis, tanpa SK resmi.
J: Banyak sekali
yang harus Anda kerjakan! Anda enjoy dengan penugasan-penugasan itu?
M.M: Jangan
lupa, saya masih sangat muda waktu itu. Belum sweet seventeen, belum mengalami rendevouz, alias kencan. Dengan dispensasi Leo XIII saya boleh
masuk biara Karmel pada usia 15 tahun. Saya harus belajar melakukan
pekerjaan-pekerjaan itu dengan akurat, setia, dan dengan hati. Saya tak pernah menyerah
pada rasa canggung. Saya harus katakan, saya belajar menjadi dewasa dan
bertanggung jawab, walau itu berat. Ingat, sering saya ditugaskan bersama
dengan rubiah-rubiah yang berkarakter sangat sulit, impulsif dan temperamental.
Itu tidak gampang – ne pas facil.
Toch, saya enjoy!
J: Banyak rubiah
mengatakan; “Madamoiselle Martin lamban, kurang fokus dan commited pada tugas opus manuale anda. Magistra anda marah,
karena taman bunga disiram begitu-begitu saja; kerja anak kecil. Pauline
Martin, ibunda kecil anda bersermon ria gara-gara kain taplak meja yang
seharusnya ditambal, lama anda simpan dalam keranjang. Bagaimana anda
menanggapinya?
M.M: Tanggapan saya? Ah
saya diam. Tak membela diri. Karena muda dan saya perempuan, saya menangis
sejadi-jadinya. Walau demikian, saya menemukan kembali equilibrium. Saya
gembira menemukan diri saya yang rapuh dan lemah dan jauh dari sempurna. Saya
bangkit dan berjuang lagi. Saya bilang dengan bahasa anak muda zaman sekarang:
“I’ll do my best”. Sudah saya katakan
Innocens, saya perempuan perkasa, mulier
fortis, lebih dari itu saya militer di baris depan, sampai tetes darah
terakhir. Saya punya senjata: “Pedang Firman”. “Discite a Me, Quia mitis sum et humilis corde, et invenietis requiem
animabus vestris”.
Belajarlah dari Aku, Aku lembut dan rendah hati. Jiwamu akan
tenang dan damai. Jiwamu, jiwamu yang kecil, kecil, kecil.
J: Madamoiselle
Martin, anda masih sangat muda; untuk ukuran masa itu, anda seorang pemudi
remaja, besar, tinggi. Katakan anda masih dalam proses pertumbuhan. Saat itu
anda nampak sangat matang, melebihi madame berusia 50 tahun. Namun para rubiah
meragukan kehebatan anda. Dari mana anda memperoleh kekuatan untuk terus
bertahan, tegar?
M.M: Crucifix, Yesus
tersalib. Dialah yang minta pengorbanan saya. Demi dialah, yang ada di halaman
tengah Karmel Lisieux, yang saya pendang lewat jendela kamar jahit dan yang
dari sana memandang saya lewat kamar jahit, berkata: “Madamoiselle Martin, kau
bilang kau cinta saya, buktikan cintamu. Kau cinta, kita saling pandang,
pandang tak jemu. Intens mesra, mendalam. Wah mana tahan? Ku tak’ sanggup,
tidak disalibkan bersama Dia. Il est mon
seul Amour; jantung hatiku seorang.
J: Excellent!
Ada sebuah insiden yang menjadi sumber karunia yang besar bagi anda. Kejadian itu
adalah inspirasi bahkan pesan untuk seluruh dunia. Masih ingat?
M.M: Ya, ingat. Akan
ada prosesi dalam komunitas. Maria dari Ekaristi mau menyalakan lilin-lilin
yang akan digunakan dalam perarakan. Namun sial. Tidak ada korek api. Vous-vous imaginez! Cuma ada pelita
kecil di depan reliquiarum. Sumbunya
tinggal sepenggal kecil dan nyalanya pudar hampir mati. Ekaristi berhasil
menyalakan lilinnya dari nyala yang hampir padam itu, dan dengan itu semua
lilin komunitas.
J: Anda
kelihatan berseri-seri. Wajah anda berbinar-binar. Ada yang menarik dari
kejadian ini?
M.M: Benar! Sumbu kecil
pudar nyala, dapat menciptakan cahaya hebat dahsyat dalam komunits, bahkan bisa
membuat seluruh dunia bercahaya. Nyala-nyala besar itu datang dari sebuah lampu
kecil yang diam membisu. Bisahkah nyala-nyala benderang itu
bercongkak-congkak, melahirkan api, sedang mereka sendiri
bercahaya, berkat sepercik nyala dari sumber dian yang nyaris padam?
J: Magnifique! Anda seniman, cerdas, intelligente! Bisahkah membagi-bagi inspirasi
dari kejadian ini untuk kami?
M.M: Anda tahu
Persekutuan Para Kudus? Begitulah halnya dengan communio sanctorum. Sangat sering tanpa kita ketahui dan sadari
rahmat, berkat, cahaya yang kita terima datang dari sebuah jiwa yang
tersembunyi.
J: Sebuah jiwa
yang tersembunyi? Analog dengan lampu kecil dekat reliquiarum yang terpuruk dari perhatian orang?
M.M: Sebenarnya anda
sendiri sudah menjawab pertanyaan anda. Begini! Kehendak Tuhan, para kudus
saling memberi berkat melalui doa yang dipanjatkan dengan cinta yang besar,
dengan cinta yang bahkan jauh lebih besar daripada cinta dalam sebuah keluarga
karena ikatan darah; bahkan dalam keluarga yang paling sempurna di dunia. Hemat
saya, semua berkat telah saya, anda, terima dari orang yang memohonnya kepada
Tuhan untuk saya, anda, kita. Orang itu hanya akan saya kenal di surga. Anda
pun akan mengenalnya – dari muka, ke muka – vis-a-vis.
Anda akan mengenal saya di sana, di langit biru, surga, dalam istilah saya.
Hebat, bukan?
J: Madamoiselle,
kita kembali ke nyala pudar dari sumbu pendek lampu kecil tadi. Bisa dibilang,
sepercik cahaya kecil bisa melahirkan Cahaya Besar dalam Gereja. Pujangga
Gereja, Para Martir, mereka pasti lebih tinggi dan benderang di Surga dari
sepercik cahaya kecil tadi. Kemuliaan mereka, juga kemuliaan kita?
M.M: Betul, betul,
betul!!! Di Surga kita akan berjumpa satu dengan yang lain. Kita saling
pandang; tak jemu, intens mesra, mendalam. Bukan pandangan acuh tak acuh
indifferent. Kita para pilihan, kita saling berhutang budi. Cinta kasih jadi
mahkota, tiada iri tiada cemburu, tiada kolusi, korupsi, nepo-nepo, hehehe;
J: Anda
periang-penuh humor, jenaka. Kata para rubiah Karmel Lisieux, rekreasi
komunitas Karmel Lisieux pasti sepi bila anda absent. Berkenaan, excusez moi dengan kondisi anda yang
sakit parah kini, apakah anda ingat kejadian-kejadian lucu yang kira-kira
relevant dengan kondisi kesehatan anda? Bisa anda share? S,il vouz plait!
M.M: Oh, banyak, tak
bisa diceritakan seluruhnya. Dengar baik-baik. Saya ingat, saat kami tinggal di
Les Buisonnets, seorang tetangga kecil kami berusia 3 tahun, mendengar dirinya
dipanggil oleh teman-temannya yang lain. Dia bilang kepada ibundany; “Mamman, mereka cari saya! Kumohon Mamman, izinkan saya pergi! Mereka cari
saya!”. Saya sendiri merasa hari itu, para malaikat kecil memanggil saya. Bagai
gadis 3 tahun itu, saya bilang kepada “ma
Petite Mamman” Pauline, “izinkan saya pergi! Mereka cari saya! Suara mereka
tidak saya dengar, saya rasakan”.
J: Sering, Anda
omong soal Pencuri, Madamoiselle. Apa isu tentang Pencuri itu menarik?
M.M: Saya sakit berat.
Tuberculosis akut. Organ-organ internal, intestine, paru-paru, ginjal sudah tak
fungsi. Situasi itulah yang membuat saya kembali ke Injil yang berkata, Tuhan akan datang bagai seorang Pencuri. Dia
akan datang mencuri saya dengan amat lembut. Ah, saya sangat senang membantu
Pencuri itu.
J: Kok bisa, ya,
itu lucu amat. Biasanya orang takut akan Pencuri, Madamoiselle Martin, Anda???
M.M: Anda bisa bilang
saya tak normal. Ya dari sudut logika barangkali. Namun dalam situasi kritis,
kesehatan saya yang turun drastis, saya sangat logis dan sistematis. Anda
memandang dengan mata manusia, saya dengan mata kontemplatif, mata Allah, mata
yang diterangi iman. Lebih nyaman Pencuri itu datang mengambil saya dalam usia
24 tahun. Garansinya mantap, kediaman saya sudah ia siapkan. Ia cuma turun,
mengambil, membawa saya ke sana! Manja sekali pencuri itu. Penderitaan saya
lenyap. Air mata saya disekaNya. Memang, seribu tahun sama dengan bayang-bayang
lalu, di mata Tuhan.
J: Sebuah ide
brilliant. Terus……
M.M: Saya sangat
hati-hati. Saya tak mau berteriak; “Tolong!! Pencuri!! Sebaliknya, Dia saya
lihat di kejauhan. Saya bilang; “Hey Pangeran! Ke siniiii…!!! Ayo, kemari!
Kemarilah, Pangeranku!!
J: Masih anda
ingat kejadian tanggal 13 Juni 1897? Hal itu dicatat oleh ibunda kecil anda,
Pauline.
M.M: Ya, belum lupa!
Saya bilang pada ibunda, saya ingat akan sehelai kain yang dibentangkan pada
sebuah bingkai untuk disulam. Lalu tak seorangpun muncul untuk menyulamnya.
Saya tunggu dan tunggu! Ah, tak ada gunanya! Tapi, ya, tidak terlalu
mengejutkan karena anak-anak kecil tidak tahu apa yang mereka inginkan.
J: Mengapa anda
katakan, anak-anak kecil tidak tahu apa yang mereka inginkan? Siapa gerangan
misalnya, salah seorang dari anak-anak kecil itu? Une ‘Clarification, s’il vous plait!
M.M: Saya katakan
demikian karena saya ingat akan Yesus Kecil. Dialah yang membentangkan saya
pada sebuah bingkai penderitaan agar Dia menyulam saya. Sesuka hatiNya! Tapi Dia
melepas saya. Maksudnya, di Surga, karya tanganNya yang indah akan Ia
perlihatkan kepada para penghuninya. Bukan, Yesus Kecil Pencurinya, melainkan
Allah Yang Besar.
J: Anda amat
dekat dengan kakak anda Pauline Martin. Nampaknya, anda sangat mencintai dia.
Tentu anda pasti mencintai Marie dan Celine juga. Empat bersaudara kandung di
komunitas Karmel Lisieux.
M.M: Pauline saya
panggil: ma petite Mamman, ma belle
petite Mamman, ibunda kecil, ibunda kecilku nan cantik: berhidung panjang
dan mancung. Dialah telepon saya. Tinggal pasang telinga pada gagang telepon,
dan dalam sekejap semua saya ketahui. Dia terlalu sayang pada saya, sehingga
penilaiannya tentang saya kurang objektif. Apapun yang terjadi, rasanya saya
selalu ingin ada bersama dia. Elle est ma
lumiere. Dia matahariku! Tak bisa saya bayangkan harus buat apa saya di
Surga tanpa dia. Di Surga saya merayu-rayu Tuhan untuk memberi Pauline segala
yang terbaik. Semua barang di Surga pasti akan hilang. Untuk Pauline –
segalanya.
J: Sembilan
belas hari sebelum wafat anda, tepatnya 11 September 1897, anda ekspresikan
kasih sayang anda kepada Pauline. Ekspresi verbal. Saya ingin dengar lagi.
Boleh?
M.M: “Saya sangat
sayang padamu, tapi sangat! Bila saya dengar pintu dibuka, saya selalu yakin
andalah yang datang. Namun apabila anda tidak datang, sangat sedilah saya.
Kecuplah saya dengan kecupan bibir yang berbunyi. Hanya di Surgalah anda akan
tahu, betapa hebat dan besar arti anda bagi saya. Anda adalah sebuah kidung,
sebuah tembang dendang, lebih hebat dari sebuah box musik, bahkan bila anda tak
mengatakan sesuatu pun kepada saya.
J: Terakhir.
Tolong beri kami kata-kata affirmasi, animasi, support, apapun istilahnya, peneguhan,
begitulah kira-kira. Anda kan di Surga.
M.M: Saya ingat,
keponakan kecil Soeur – Elisabeth,
ketika berkunjung ke ruang tamu komunitas Karmel Lisieux. Ia berdiri di depan
trali ruang tamu, dan anda tahu, setelah meresitasi puisinya, ia menunduk,
mengangkat lengannya dan berkata: “Kebahagiaan untuk semua orang yang saya
cintai”.
Saat
saya masuk, Tuhan bertanya; “Puteri kecilKu, Therese Martin, apa yang kau
inginkan?”. Kujawab: “Kebahagiaan untuk semua orang yang saya cintai”.
Kata-kata yang sama saya ucapkan di hadapan para kudus Karmel – Teresa de
Ahumada, Yuan de Yepes y Alvarez, Caterina (Maddalena) de Pazzi, Francoice
d’Amboise, Ana Margareta Redi, 16 Martir Karmel ‘Compiegne saat Revolusi Perancis, Jean de Saint Samson, Alberto de
Trapani, Bartolomeo Fanti, Giovanna Scopeli – “KEBAHAGIAAN UNTUK SEMUA ORANG
YANG SAYA CINTAI”, semua karmelit di seantero bumi.
Spesial
novis-novis di Flores, Jawa, Philipina, Timor Leste, Afrika, India, Papua
Nugini, di mana saja, agar senantiasa kecil, rendah hati, setia, pendoa, tahan
banting. Todo y nada, anijlilacion.