GALERY KARMEL INDONESIA TIMUR

GALERY KARMEL INDONESIA TIMUR
SETITIK AWAN DARI TIMUR

Senin, 06 Februari 2012

(11) Innocentius Sigaze

(11) Innocentius Sigaze

WAWANCARA IMAJINER DENGAN ST. THERESIA LISIEUX


Wawancara Imaginer Dengan Therese de L’enfant Jesus


Innocens d Carvalho, O.Carm
SMAK Alvarez Paga


         

Tulisan ini saya tuangkan dalam bentuk wawancara imaginer dengan gaya agak relaks berinspirasi pada Novissima Verba, percakapan-percakapan terakhir menjelang kepergiannya ke Surga, dengan ibunda kecilnya Agnes a Jesu, Priorin Karmel, Pauline Martin. Di sana sini akan pembaca temukan beberapa kata dalam bahasa Latin yang familiar dalam komunitas religius. Tulisan ini secara spesial saya persembahkan untuk para Novis Karmel Weruoret yang memilih Teresia Lisieux menjadi pelindungnya. Pewawancara adalah Innocens (seterusnya J) dan Medemoiselle Martin (seterusnya M.M) yang diwawancarai.


Innocens:   
        Mademoiselle Martin, sejak anda masuk ke komunitas Karmel, Anda mendapat banyak assignments. Dalam situasi tertentu Anda “memilih” assignment khusus, seizin Priorin. Bolehkan Anda menceritakan tugas-tugas apa saja yang dipercayakan kepada Anda?

Madanmoiselle Martin:
        Tugas di ruang jahit. Saya juga menyapu tangga-tangga dan dormitorium, merawat taman bunga dan menyirami tanam-tanaman, membersihkan refectorium, meletakkan air minum dan bir di atas meja. Saya menjadi Sakristan, membantu rubiah procuratrix. Bila tak ada penugasan khusus, saya mengecat patung para malaikat di oratorium. Menjadi magistra novis, tanpa SK resmi.

J:     Banyak sekali yang harus Anda kerjakan! Anda enjoy dengan penugasan-penugasan itu?

M.M:          Jangan lupa, saya masih sangat muda waktu itu. Belum sweet seventeen, belum mengalami rendevouz, alias kencan. Dengan dispensasi Leo XIII saya boleh masuk biara Karmel pada usia 15 tahun. Saya harus belajar melakukan pekerjaan-pekerjaan itu dengan akurat, setia, dan dengan hati. Saya tak pernah menyerah pada rasa canggung. Saya harus katakan, saya belajar menjadi dewasa dan bertanggung jawab, walau itu berat. Ingat, sering saya ditugaskan bersama dengan rubiah-rubiah yang berkarakter sangat sulit, impulsif dan temperamental. Itu tidak gampang – ne pas facil. Toch, saya enjoy!

J:     Banyak rubiah mengatakan; “Madamoiselle Martin lamban, kurang fokus dan commited pada tugas opus manuale anda. Magistra anda marah, karena taman bunga disiram begitu-begitu saja; kerja anak kecil. Pauline Martin, ibunda kecil anda bersermon ria gara-gara kain taplak meja yang seharusnya ditambal, lama anda simpan dalam keranjang. Bagaimana anda menanggapinya?

M.M:  Tanggapan saya? Ah saya diam. Tak membela diri. Karena muda dan saya perempuan, saya menangis sejadi-jadinya. Walau demikian, saya menemukan kembali equilibrium. Saya gembira menemukan diri saya yang rapuh dan lemah dan jauh dari sempurna. Saya bangkit dan berjuang lagi. Saya bilang dengan bahasa anak muda zaman sekarang: “I’ll do my best”. Sudah saya katakan Innocens, saya perempuan perkasa, mulier fortis, lebih dari itu saya militer di baris depan, sampai tetes darah terakhir. Saya punya senjata: “Pedang Firman”. “Discite a Me, Quia mitis sum et humilis corde, et invenietis requiem animabus vestris”.

Belajarlah dari Aku, Aku lembut dan rendah hati. Jiwamu akan tenang dan damai. Jiwamu, jiwamu yang kecil, kecil, kecil.

J:         Madamoiselle Martin, anda masih sangat muda; untuk ukuran masa itu, anda seorang pemudi remaja, besar, tinggi. Katakan anda masih dalam proses pertumbuhan. Saat itu anda nampak sangat matang, melebihi madame berusia 50 tahun. Namun para rubiah meragukan kehebatan anda. Dari mana anda memperoleh kekuatan untuk terus bertahan, tegar?

M.M:  Crucifix, Yesus tersalib. Dialah yang minta pengorbanan saya. Demi dialah, yang ada di halaman tengah Karmel Lisieux, yang saya pendang lewat jendela kamar jahit dan yang dari sana memandang saya lewat kamar jahit, berkata: “Madamoiselle Martin, kau bilang kau cinta saya, buktikan cintamu. Kau cinta, kita saling pandang, pandang tak jemu. Intens mesra, mendalam. Wah mana tahan? Ku tak’ sanggup, tidak disalibkan bersama Dia. Il est mon seul Amour; jantung hatiku seorang.

J:         Excellent! Ada sebuah insiden yang menjadi sumber karunia yang besar bagi anda. Kejadian itu adalah inspirasi bahkan pesan untuk seluruh dunia. Masih ingat?

M.M:  Ya, ingat. Akan ada prosesi dalam komunitas. Maria dari Ekaristi mau menyalakan lilin-lilin yang akan digunakan dalam perarakan. Namun sial. Tidak ada korek api. Vous-vous imaginez! Cuma ada pelita kecil di depan reliquiarum. Sumbunya tinggal sepenggal kecil dan nyalanya pudar hampir mati. Ekaristi berhasil menyalakan lilinnya dari nyala yang hampir padam itu, dan dengan itu semua lilin komunitas.

J:         Anda kelihatan berseri-seri. Wajah anda berbinar-binar. Ada yang menarik dari kejadian ini?

M.M:  Benar! Sumbu kecil pudar nyala, dapat menciptakan cahaya hebat dahsyat dalam komunits, bahkan bisa membuat seluruh dunia bercahaya. Nyala-nyala besar itu datang dari sebuah lampu kecil yang diam membisu. Bisahkah nyala-nyala benderang itu

bercongkak-congkak, melahirkan api, sedang mereka sendiri bercahaya, berkat sepercik nyala dari sumber dian yang nyaris padam?

J:         Magnifique! Anda seniman, cerdas, intelligente! Bisahkah membagi-bagi inspirasi dari kejadian ini untuk kami?

M.M:  Anda tahu Persekutuan Para Kudus? Begitulah halnya dengan communio sanctorum. Sangat sering tanpa kita ketahui dan sadari rahmat, berkat, cahaya yang kita terima datang dari sebuah jiwa yang tersembunyi.

J:         Sebuah jiwa yang tersembunyi? Analog dengan lampu kecil dekat reliquiarum yang terpuruk dari perhatian orang?

M.M:  Sebenarnya anda sendiri sudah menjawab pertanyaan anda. Begini! Kehendak Tuhan, para kudus saling memberi berkat melalui doa yang dipanjatkan dengan cinta yang besar, dengan cinta yang bahkan jauh lebih besar daripada cinta dalam sebuah keluarga karena ikatan darah; bahkan dalam keluarga yang paling sempurna di dunia. Hemat saya, semua berkat telah saya, anda, terima dari orang yang memohonnya kepada Tuhan untuk saya, anda, kita. Orang itu hanya akan saya kenal di surga. Anda pun akan mengenalnya – dari muka, ke muka – vis-a-vis. Anda akan mengenal saya di sana, di langit biru, surga, dalam istilah saya. Hebat, bukan?

J:         Madamoiselle, kita kembali ke nyala pudar dari sumbu pendek lampu kecil tadi. Bisa dibilang, sepercik cahaya kecil bisa melahirkan Cahaya Besar dalam Gereja. Pujangga Gereja, Para Martir, mereka pasti lebih tinggi dan benderang di Surga dari sepercik cahaya kecil tadi. Kemuliaan mereka, juga kemuliaan kita?

M.M:  Betul, betul, betul!!! Di Surga kita akan berjumpa satu dengan yang lain. Kita saling pandang; tak jemu, intens mesra, mendalam. Bukan pandangan acuh tak acuh indifferent. Kita para pilihan, kita saling berhutang budi. Cinta kasih jadi mahkota, tiada iri tiada cemburu, tiada kolusi, korupsi, nepo-nepo, hehehe;

J:         Anda periang-penuh humor, jenaka. Kata para rubiah Karmel Lisieux, rekreasi komunitas Karmel Lisieux pasti sepi bila anda absent. Berkenaan, excusez moi dengan kondisi anda yang sakit parah kini, apakah anda ingat kejadian-kejadian lucu yang kira-kira relevant dengan kondisi kesehatan anda? Bisa anda share? S,il vouz plait!

M.M:  Oh, banyak, tak bisa diceritakan seluruhnya. Dengar baik-baik. Saya ingat, saat kami tinggal di Les Buisonnets, seorang tetangga kecil kami berusia 3 tahun, mendengar dirinya dipanggil oleh teman-temannya yang lain. Dia bilang kepada ibundany; “Mamman, mereka cari saya! Kumohon Mamman, izinkan saya pergi! Mereka cari saya!”. Saya sendiri merasa hari itu, para malaikat kecil memanggil saya. Bagai gadis 3 tahun itu, saya bilang kepada “ma Petite Mamman” Pauline, “izinkan saya pergi! Mereka cari saya! Suara mereka tidak saya dengar, saya rasakan”.

J:         Sering, Anda omong soal Pencuri, Madamoiselle. Apa isu tentang Pencuri itu menarik?

M.M:  Saya sakit berat. Tuberculosis akut. Organ-organ internal, intestine, paru-paru, ginjal sudah tak fungsi. Situasi itulah yang membuat saya kembali ke Injil yang berkata,  Tuhan akan datang bagai seorang Pencuri. Dia akan datang mencuri saya dengan amat lembut. Ah, saya sangat senang membantu Pencuri itu.

J:         Kok bisa, ya, itu lucu amat. Biasanya orang takut akan Pencuri, Madamoiselle Martin, Anda???

M.M:  Anda bisa bilang saya tak normal. Ya dari sudut logika barangkali. Namun dalam situasi kritis, kesehatan saya yang turun drastis, saya sangat logis dan sistematis. Anda memandang dengan mata manusia, saya dengan mata kontemplatif, mata Allah, mata yang diterangi iman. Lebih nyaman Pencuri itu datang mengambil saya dalam usia 24 tahun. Garansinya mantap, kediaman saya sudah ia siapkan. Ia cuma turun, mengambil, membawa saya ke sana! Manja sekali pencuri itu. Penderitaan saya lenyap. Air mata saya disekaNya. Memang, seribu tahun sama dengan bayang-bayang lalu, di mata Tuhan.

J:         Sebuah ide brilliant. Terus……

M.M:  Saya sangat hati-hati. Saya tak mau berteriak; “Tolong!! Pencuri!! Sebaliknya, Dia saya lihat di kejauhan. Saya bilang; “Hey Pangeran! Ke siniiii…!!! Ayo, kemari! Kemarilah, Pangeranku!!

J:         Masih anda ingat kejadian tanggal 13 Juni 1897? Hal itu dicatat oleh ibunda kecil anda, Pauline.

M.M:  Ya, belum lupa! Saya bilang pada ibunda, saya ingat akan sehelai kain yang dibentangkan pada sebuah bingkai untuk disulam. Lalu tak seorangpun muncul untuk menyulamnya. Saya tunggu dan tunggu! Ah, tak ada gunanya! Tapi, ya, tidak terlalu mengejutkan karena anak-anak kecil tidak tahu apa yang mereka inginkan.

J:         Mengapa anda katakan, anak-anak kecil tidak tahu apa yang mereka inginkan? Siapa gerangan misalnya, salah seorang dari anak-anak kecil itu? Une ‘Clarification, s’il vous plait!

M.M:  Saya katakan demikian karena saya ingat akan Yesus Kecil. Dialah yang membentangkan saya pada sebuah bingkai penderitaan agar Dia menyulam saya. Sesuka hatiNya! Tapi Dia melepas saya. Maksudnya, di Surga, karya tanganNya yang indah akan Ia perlihatkan kepada para penghuninya. Bukan, Yesus Kecil Pencurinya, melainkan Allah Yang Besar.

J:         Anda amat dekat dengan kakak anda Pauline Martin. Nampaknya, anda sangat mencintai dia. Tentu anda pasti mencintai Marie dan Celine juga. Empat bersaudara kandung di komunitas Karmel Lisieux.

M.M:  Pauline saya panggil: ma petite Mamman, ma belle petite Mamman, ibunda kecil, ibunda kecilku nan cantik: berhidung panjang dan mancung. Dialah telepon saya. Tinggal pasang telinga pada gagang telepon, dan dalam sekejap semua saya ketahui. Dia terlalu sayang pada saya, sehingga penilaiannya tentang saya kurang objektif. Apapun yang terjadi, rasanya saya selalu ingin ada bersama dia. Elle est ma lumiere. Dia matahariku! Tak bisa saya bayangkan harus buat apa saya di Surga tanpa dia. Di Surga saya merayu-rayu Tuhan untuk memberi Pauline segala yang terbaik. Semua barang di Surga pasti akan hilang. Untuk Pauline – segalanya.

J:         Sembilan belas hari sebelum wafat anda, tepatnya 11 September 1897, anda ekspresikan kasih sayang anda kepada Pauline. Ekspresi verbal. Saya ingin dengar lagi. Boleh?

M.M:      “Saya sangat sayang padamu, tapi sangat! Bila saya dengar pintu dibuka, saya selalu yakin andalah yang datang. Namun apabila anda tidak datang, sangat sedilah saya. Kecuplah saya dengan kecupan bibir yang berbunyi. Hanya di Surgalah anda akan tahu, betapa hebat dan besar arti anda bagi saya. Anda adalah sebuah kidung, sebuah tembang dendang, lebih hebat dari sebuah box musik, bahkan bila anda tak mengatakan sesuatu pun kepada saya. 

J:         Terakhir. Tolong beri kami kata-kata affirmasi, animasi, support, apapun istilahnya, peneguhan, begitulah kira-kira. Anda kan di Surga.

M.M:  Saya ingat, keponakan kecil Soeur – Elisabeth, ketika berkunjung ke ruang tamu komunitas Karmel Lisieux. Ia berdiri di depan trali ruang tamu, dan anda tahu, setelah meresitasi puisinya, ia menunduk, mengangkat lengannya dan berkata: “Kebahagiaan untuk semua orang yang saya cintai”.
                   Saat saya masuk, Tuhan bertanya; “Puteri kecilKu, Therese Martin, apa yang kau inginkan?”. Kujawab: “Kebahagiaan untuk semua orang yang saya cintai”. Kata-kata yang sama saya ucapkan di hadapan para kudus Karmel – Teresa de Ahumada, Yuan de Yepes y Alvarez, Caterina (Maddalena) de Pazzi, Francoice d’Amboise, Ana Margareta Redi, 16 Martir Karmel ‘Compiegne saat Revolusi Perancis, Jean de Saint Samson, Alberto de Trapani, Bartolomeo Fanti, Giovanna Scopeli – “KEBAHAGIAAN UNTUK SEMUA ORANG YANG SAYA CINTAI”, semua karmelit di seantero bumi.
                   Spesial novis-novis di Flores, Jawa, Philipina, Timor Leste, Afrika, India, Papua Nugini, di mana saja, agar senantiasa kecil, rendah hati, setia, pendoa, tahan banting. Todo y nada, anijlilacion.


J:         Merci beaucoup!

M.M:  Gratias tibi ago! Nos cum prole pia, benedicat Virgo Maria!